About The Author

My photo
well,like it or not this is me... X)

Thursday, May 5, 2011

The Meeting Plan

Jake, Mark, Claire, Alice dan Toby pulang kerumah masing-masing setelah petualangan mempertaruhkan nyawa yang mereka alami, dan hanya merekalah yang tau akan kebenarannya bahwa bumi telah diserang alien !

-
"hi, namaku Jake. pagi ini aku terbangun jam 7 dengan perasaan pusing dikepalaku. seperti biasa aku memakan sereal untuk sarapan di mangkuk kesayanganku, aku duduk termenung memandang kehalaman rumahku yang sepi sambil mengunyah pelan. kemudian aku menyuap satu sendok sereal lagi ke mulutku dan menerawang keluar lagi, tapi kali ini aku tidak termenung. aku memikirkan mimpi buruk yang kudapat semalam. sungguh-sungguh sangat mengerikan. bumi diserang alien-alien gila, aku dikejar-kejar semut raksasa dan sejenis mahkluk berlendir menjijikkan yang bisa merasuki tubuh orang lain, dan pak larry penjaga malam sekolahku dirasuki. oh, dan aku juga mendapat tattoo dari salah satu alien itu ditelapak tanganku. aneh, mimpiku terasa nyata. bahkan tattoo ditelapak tanganku kelihatan nyata.

-

aku berlari keluar rumah dengan tergesah-gesah sambil menyandang tas ranselku. alih-alih berlari kearah sekolah aku belok kerumah sebelah langsung menerobos pagar besi dan mengetuk pintu kayu warna biru yang tertutup rapat itu. tidak lama kemudian pintu terbuka dan keluar seorang anak laki-laki bertubuh kecil. "Toby !" kataku spontan "perlihatkan telapak tanganmu" kataku buru-buru. Toby mengangkat telapak tangannya dan disana terdapat tanda yang sama seperti ditelapak tanganku. pupus sudah harapan kecilku bahwa semua yang terjadi tadi malam hanyalah serangkaian mimpi buruk. belum sempat aku berkata-kata, tiba-tiba terdengar suara dari dalam "siapa itu Toby?" dan keluarlah seorang nenek berambut putih terikat kebelakang dengan muka ramah dan sebuah tongkat ditangan kanannya, di hidungnya yang mancung bertengger bingkai kacamata tipis dan bulat khas nenek-nenek. "wah, Jake rupanya. kau mencari Toby?" "i..iya, kami akan berangkat kesekolah bareng" kataku otomatis. "syukurlah, kau mau menjadi teman Toby. anak ini sejak dipindah kerumah ini belum mendapat teman seorangpun dan hanya bermain dengan anjing dan kucing liar" "nenek...jangan ngomong yang aneh-aneh" Toby memotong pembicaraan, rauh wajahnya terlihat agak malu. "nenek harap kau mau terus menjadi teman Toby" neneknya melanjutkan. "a..ayo kita berangkat" kata Toby buru-buru. "nenek istirahat saja, jangan memaksakan diri. nenek cukup menyiapkan makan siang saja, pekerjaan lainnya nanti biar kukerjakan sepulang sekolah" tambah Toby. "sudahlah, kau jangan mengkhawatirkan nenek. nenek masi sanggup mengerjakan semuanya sendiri koq. sebelum kau pindah kesini juga nenek yang mengerjakan semuanya sendiri. kau fokus ke sekolahmu saja" untuk seorang nenek berusia 73 tahun nenek Toby terlihat cukup sehat dan bugar, jika saja rambutnya berwarna hitam orang-orang akan mengira ia 20 tahun lebih muda. "kalau begitu aku berangkat. ingat, nenek jangan memaksakan diri" kata Toby lagi. "kalau begitu saya permisi juga" kataku pada neneknya. "kalian hati-hati dijalan" balas neneknya tersenyum ramah.

-

"nenekmu sungguh ramah" kataku. "yeah, ia satu-satunya kerabatku sekarang" aku melihat ekspresi wajah sedih pada Toby ketika ia mengatakan itu. aku cepat-cepat mengubah topik pembicaraan. "menurutmu apa artinya tanda ditelapak tangan kita ini?" tanyaku "entahlah, tanda ini muncul setelah kita mendapatkan crystal itu dari pangeran kedua. yang jelas "mereka" mengejar kita karena kita mempunyai tanda ini, mungkin crystal kehidupan yang disebut-sebut itu ada didalam tubuh kita dan tanda inilah buktinya" jawaban yang diberikan Toby cukup logis sehingga aku hanya bisa mengangguk. "kalau begitu jangan perlihatkan tanda ini ke siapapun" kataku "sekedar berjaga-jaga" tambahku lagi. Toby hanya mengangguk dan kami sampai di gerbang sekolah tidak lama kemudian. kami berpencar karena gedung anak kelas 1 dan 2 terpisah dengan gedung anak kelas 3.

aku masuk kelas lebih awal dan mengatakan pada Mark dan Alice agar tidak memperlihatkan tanda ditelapak tangan mereka kepada orang lain. yah, sebenarnya aku tidak begitu khawatir pada mereka berdua karena mereka tidak terlalu...bergaul. yang ku khawatirkan adalah Claire yang mungkin saja menunjukkannya pada teman-teman cheerleader'nya. karena kami tidak sekelas aku tidak bisa memperingatkannya, aku hanya bisa berharap bahwa ia cukup pintar dan hati-hati untuk tidak menunjukkan tanda tersebut kepada orang lain. maksudku kita tidak tau siapa saja yang sudah menjadi bagian dari "mereka" kan?

saat bel istirahat siang berbunyi aku keluar kelas untuk mencari Claire, tapi saat keluar kelorong kelas aku melihatnya berjalan kearahku "Clai..." aku baru saja akan memanggilnya saat ia berjalan melewatiku seakaan tidak melihatku, bukan mengacuhkanku, lebih seperti ia sedang tenggelam kedalam pikirannya sendiri. "Claire..." panggilku untuk kesekian kalinya sambil kutepuk pundaknya. "whoah! Jake, kau mengejutkanku!" serunya kesal "tidak bisakah kau memanggilku baik-baik?" katanya masih dalam nada kesal "tapi aku sudah memanggilmu berkali-kali dan kau hanya diam saja" jawabku "oh..." jawabnya dengan ekspresi malu. selama ini Claire selalu tampil sempurna didepan orang-orang, dia yang biasanya tidak akan berbuat kesalahan seperti ini. "apa yang kau pikirkan?" tanyaku curiga "tidak....tidak ada" katanya meyakinkan "jadi? kenapa kau memanggilku tadi?" lanjutnya tanpa memberiku kesempatan untuk bertanya lebih lanjut lagi. "ah iya, aku ingin mengingatkanmu agar jangan memperlihatkan tanda ditelapak tanganmu pada orang lain, hanya untuk jaga-jaga" bisikku. "tentu saja aku tau itu, apa aku kelihatan seperti anak SD yang suka membangga-banggakan mainan barunya pada teman-teman disekolahnya dan akhirnya pulang kerumah dengan tangisan karena mainan barunya dirusak oleh teman-temannya?"."er...tidak" jawabku. satu hal tentang Claire yang perlu kalian tau, dia adalah gadis paling percaya diri yang pernah kutemui seumur hidupku. aku tidak pernah bertemu gadis lain yang penuh percaya diri seperti dirinya, seakan jika ia ingin ia bisa melakukan apa saja. "baiklah kalau begitu, aku hanya ingin menyampaikan itu. aku akan kembali ke kelasku sekarang" kataku sambil mengambil dan membayar sebuah roti melon pada ibu penjual kantin. "kau yakin kau baik-baik saja?" tanyaku untuk terakhir kalinya sebelum aku berbalik kembali ke kelasku. "aku yakin Jake, sekarang kembalilah ke kelasmu". aku tau ada yang dipikirkannya dan aku juga tau bahwa ia tidak akan menceritakannya padaku. yah, jika kau menjadi sepupunya seumur hidupmu kau juga akan mengetahui hal ini sebaik aku mengetahuinya. maka akupun berbalik dan berjalan kembali kekelas.

saat bel tanda sekolah dibubarkan berbunyi aku mengumpulkan mereka semua dikelas kosong. "kita perlu bicara, sebuah rapat" kataku. "tapi kita tidak bisa membicarakan soal ini disini, mungkin saja mereka mendengarkan pembicaraan kita" kataku merendahkan suara "kalian ingat pak Larry kan? bisa saja sekarang setengah dari isi sekolah ini adalah mereka dan kita tidak akan pernah tau siapa yang benar-benar dirinya sendiri dan siapa yang bukan" suaraku tinggal bisikan sekarang. "kita butuh tempat persembunyian yang memungkinkan kita untuk membicarakan semua ini tanpa ada yang mendengar" kata Mark. "jadi kita akan kumpul dimana?" tanya Toby "jangan melihatku, dirumahku tidak mungkin" Mark yang pertama menolak. yah, aku maklum saja berhubung keadaan ayahnya yang seperti itu. "aku juga tidak mungkin, dihukum disekolah dan pulang telat kemarin saja sudah cukup melibatkanku dalam masalah yang besar. aku tidak mungkin membawa teman-teman sekolahku kerumah untuk membicarakan tattoo -yang kalau diketahui orangtuaku ada ditelapak tanganku maka aku akan terlibat masalah yang lebih besar lagi- dan alien gila yang mencoba membunuh kita. terutama para laki-laki, aku tidak mungkin memasukkan kalian kerumahku tanpa seizin orangtuaku kecuali Jake hanya karena ia sepupuku." memang Claire dilahirkan dikeluarga yang seperti itu, dimana nilai sekolahmu lebih penting daripada alien yang mencoba membunuh dan memotong tanganmu. "aku juga tidak bisa, ada orang tuaku dirumah. setidaknya salah satu dari mereka pasti akan ada dirumah" timpalku. "aku sendiri juga tidak bisa, dirumahku ada nenek dan...." Toby tidak menyelesaikan kalimatnya dan mukanya memerah. aku mengerti jika ia tidak ingin menambah pekerjaan neneknya dengan mendatangkan tamu-tamunya. "aku mengerti" jawabku. "jadi tidak adakah yang bisa? apa kita harus mencari tempat lain?" tanya Mark. "uh...uhm... ba..bagaimana kalau dirumahku?" tiba-tiba Alice bersuara. semua memandangnya dan ia cepat-cepat menundukkan kepala karena malu. "o..orang tuaku tidak dirumah dan aku hanya tinggal berdua dengan pelayanku, ka..kalian boleh memakai rumahku jika tidak keberatan". "ya! thanks Alice, kau benar-benar penyelamat kami" seruku dan muka Alice memerah lagi.

"baiklah, kalau begitu jam 3 dirumah Alice?" kataku pada yang lain. "tidak masalah sobat" kata Mark nyengir. "entahlah, tapi akan kuusahakan... aku masih dihukum dan aku tidak tau apa orangtuaku akan mengizinkanku keluar" jawab Claire. "aku juga mungkin akan sedikit telat, aku harus membantu nenek mengurus rumah terlebih dahulu" timpal Toby. "ayo kita semua tukar nomor handphone" kataku mendadak. "itu akan berguna mulai sekarang dan seterusnya, dan kita bisa saling mengabarkan kalau tidak bisa datang atau minta tolong jika sedang dalam masalah" tambahku. atas usulku kami semua bertukar nomor handphone. "kalau begitu jam 3 dirumah Alice teman-teman...yang tidak bisa harap kabarin antara Alice" kataku. "eh, ak..aku?" kata Alice terkejut karena namanya tiba-tiba kusebut. "iya, lagipula kita akan berkumpul dirumahmu, akan lebih praktis jika melaporkan padamu yang tinggal disana sejak awal. maksudku kau akan terus berada disana dan tidak mungkin pindah rumah mendadakkan?" kataku menjelaskan. "ba..baiklah kalau begitu" Alice mengangguk pelan. "kalau begitu kita semua pulang sekarang dan bertemu lagi jam 3 siang nanti" kataku, dan kami pulang dengan urutan seperti kemarin karena takut akan diserang dalam perjalanan pulang. hanya Mark yang pulang sendiri setelah semua sampai dengan selamat dirumah masing-masing. untungnya rumah Mark tidak begitu jauh dari rumahku. kami setuju untuk tidak jalan sendiri-sendiri untuk berjaga-jaga jikalau sampai diserang mendadak.

dirumah aku langsung menuju kamarku dan melempar tas'ku kesudut ruangan, tapi terdengar benturan yang keras dari tas'ku. karena penasaran aku membuka resleting paling depan dari tas ranselku, dan kemudian cahaya yang keras menyembur keluar dari tas'ku. walau hari masih siang tapi mataku silau karena cahaya yang muncul dari dalam tas'ku itu.



To Be Continued. . .


cahaya misterius apa yang keluar dari tas Jake?
apa sumber cahaya misterius itu?

dan bagaimana rapat pertama mereka?

No comments:

Post a Comment